BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eksraksi cairan-cairan yang tidak saling bercampur merupakan suatu teknik dalam mana suatu zat terlarut (biasanya dalam pelarut air) dibuat bersentuhan dengan pelarut kedua (biasanya pelarut organic) yang tidak bercampur dengan air.
Pemisahan tersebut berlangsung sederhana, bersih, cepat dan mudah. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan mengocok larutan (fase air dan fase organic) dalam coron pisah.
Dalam praktikum kali ini yaitu ekstraksi pelarut mencoba untuk mengajarkan kepada mahasiswa agar dapat mengetahui cara-cara melakukan ekstraksi yang benar. Pengetahuan tentang ekstraksi nantinya akan dibutuhkan mahasiswa saat terjun dalam dunia kerja.
1.2 Tujuan
Mengetahui bagaimana cara melakukan ekstraksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibak.
Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan plarut
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
2.2 Tinjauan Bahan
Beberapa bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu :
2.2.1 NaOH
Natrium hidroksida memiliki wujud padat,memiliki sifat Mudah terbakar (Korosif), berwarna Putih Stripe (Store Secara terpisah), tidak berbau, Kelarutan: 111 g/100 g air. Berat Jenis: 2.13 2,13, pH: 13-14 (0,5 soln%.).
Kimia Stabilitas: Stabil pada suhu kamar dalam wadah tertutup di bawah kondisi penyimpanan dan penanganan normal.
Kimia Stabilitas: Stabil pada suhu kamar dalam wadah tertutup di bawah kondisi penyimpanan dan penanganan normal.
Tidak kompatibel dengan Bahan Lain: Asam, air, cairan mudah terbakar, halogen organik, logam, aluminium, seng, timah, kulit, wol, nitromethane. Berbahaya Dekomposisi Produk: asap beracun oksida natrium. Berbahaya Polimerisasi: Tidak akan terjadi. Stabilitas: Stabil di bawah kondisi biasa penggunaan dan penyimpanan. Sangat higroskopis perlahan-lahan bisa. Menjemput kelembaban dari udara dan bereaksi dengan karbon dioksida dari udara untuk membentuk karbonat natrium (Anonim :2001)
Dekomposisi oleh reaksi dengan logam tertentu rilis ledakan gas hidrogen dan mudah terbakar. Natrium hidroksida kontak dengan asam dan senyawa halogen organik, terutama trichlorethylene, dapat menyebabkan reaksi keras. Kontak dengan nitromethane dan lain senyawa nitro serupa menyebabkan pembentukan-sensitif garam shock. Natrium hidroksida, bahkan dalam larutan cukup, mudah bereaksi dengan berbagai gula untuk menghasilkan karbon monoksida. (Layanan Divisi Strategis : 1998)
2.2.2 Asam Asetat
Asam asetat | |
Informasi | |
Asam etanoat Asam asetat | |
Nama alternatif | Asam metanakarboksilat Asetil hidroksida (AcOH) Hidrogen asetat (HAc) Asam cuka |
CH3COOH | |
60.05 g/mol | |
1.049 g cm−3, cairan 1.266 g cm−3, padatan | |
16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1] | |
118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1] | |
Penampilan | Cairan tak berwarna atau kristal |
Keasaman (pKa) | 4.76 pada 25 °C |
2.2.3 Aseton
Aseton[1] | |
Nama IUPAC Propanon | |
Nama lain β-ketopropana Dimetil keton, dimetil formaldehida, DMK | |
Sifat | |
CH3COCH3 | |
58,08 g/mol | |
Penampilan | Cairan tidak berwarna |
0,79 g/cm³, cair | |
−94,9 °C (178,2 K) | |
56,53 °C (329,4 K) | |
larut dalam berbagai perbandingan | |
Struktur | |
trigonal planar pada C=O | |
2,91 D | |
Bahaya | |
Mudah terbakar (F) Iritan (Xi) | |
3 1 0 | |
S2, S9, S16, S26 | |
-17 °C | |
465 °C | |
Senyawa terkait |
2.2.4 Phenolphthalein
Indikator | pH Range | Quantity per 10 ml | Asam | Dasar |
Phenolphthalein | 8.0-10.0 8,0-10,0 | 1-5 drops 0.1% soln. 1-5 tetes soln 0,1%. in 70% alc. 70 ALC%. | colorless tanpa warna | red merah |
(Ophartdt Charles E : 2003)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Corong pisah
2. Buret 1 leher
3. Statif
4. Klem
5. Boshead
6. Erlenmeyer
7. Beaker Glass
8. Labu ukur
9. Corong kaca
10. Pipet tetes
11. Gelas arloji
12. Batang pengaduk
13. Gelas ukur
Bahan :
- Asam Asetat
- Aseton
- NaOH 0,1 N
- Akuades
- Indikator pp
3.2 Diagram Kerja (Alir)
a. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N 250 ml
|
|
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
Volume NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi asam asetat = 250 ml
4.2 Perhitungan
- Perhitungan pembuatan larutan NaOH 0,1 N 250 ml
Dik : N NaOH = 0,1 N
V NaOH = 250 ml = 0,25 L
Mr NaOH = 40 Gr/mol
Dit : Massa NaOH
Jawab : N = M x a
M = N x a
M = 0,1 x 1 = 0,1 M
M = n/V
M = gram/Mr.V
Gram = M x Mr x V
= 0,1 x 0,25 x 40
= 1 gram
4.3 Pembahasan
Pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N dari padatan NaOH diketahui bahwa padatan yang dipakai 1 gram.
Pada titrasi asam asetat ditambah indicator pp dengan NaOH 0,1 N tidak terjadi perubahan warna sama sekali sampai volume NaOH mencapai 250 ml. hal tersebut kemungkinan disebabkan karena konsentrasi NaOH yang digunakan untuk titrasi kecil.
Pada ekstraksi antara cair-cair antara asam asetat dan aseton yang mana harusnya setelah pengocokan kemudian didiamkan akan terbentuk dua lapisan yaitu lapisan bawah (fase air) dan lapisan atas (fase organic) namun pada percobaan kali ini tidak terbentuk dua lapisan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perbedaan densitas antara kedua cairan sedikit sehingga sulit untuk memisah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hal-hal yang dapat kami simpulkan dari percobaan kali ini adalah:
1. Massa NaOH padatan yang digunakan untuk membuat NaOH 0,1 N adalah 1 gram
2. Dengan melakukan percobaan tersebut dapat mengetahui bagaimana melakukan ekstraksi cair-cair
5.2 Saran
1. Diharapkan praktikan lebih teliti dalam melakukan suatu percobaan
2. Diharapkan lebih cermat dalam pemilihan pelarut yang digunakan
3. Sebelum melakukan praktikum diharapkan praktikan harus lebih mengusai materinya
DAFTAR PUSTAKA