Rabu, 20 Juli 2011

laporan KA ekstraksi pelarut.....


BAB I
PENDAHULUAN




1.1  Latar Belakang
Eksraksi cairan-cairan yang tidak saling bercampur merupakan suatu teknik dalam mana suatu zat terlarut (biasanya dalam pelarut air) dibuat bersentuhan dengan pelarut kedua (biasanya pelarut organic) yang tidak bercampur dengan air.
Pemisahan tersebut berlangsung sederhana, bersih, cepat dan mudah. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan mengocok larutan (fase air dan fase organic) dalam coron pisah.
Dalam praktikum kali ini yaitu ekstraksi pelarut mencoba untuk mengajarkan kepada mahasiswa agar dapat mengetahui cara-cara melakukan ekstraksi yang benar. Pengetahuan tentang ekstraksi nantinya akan dibutuhkan mahasiswa saat terjun dalam dunia kerja.
1.2  Tujuan
Mengetahui bagaimana cara melakukan ekstraksi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Dasar Teori
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibak.
Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan plarut
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
2.2 Tinjauan Bahan
Beberapa bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu :
2.2.1        NaOH
Natrium hidroksida memiliki wujud  padat,memiliki sifat Mudah terbakar (Korosif), berwarna Putih Stripe (Store Secara terpisah), tidak berbau, Kelarutan:  111 g/100 g air. Berat Jenis: 2.13 2,13, pH: 13-14 (0,5 soln%.).
Kimia Stabilitas: Stabil pada suhu kamar dalam wadah tertutup di bawah kondisi penyimpanan dan penanganan normal.
Tidak kompatibel dengan Bahan Lain: Asam, air, cairan mudah terbakar, halogen organik, logam, aluminium, seng, timah, kulit, wol, nitromethane. Berbahaya Dekomposisi Produk: asap beracun oksida natrium. Berbahaya Polimerisasi: Tidak akan terjadi. Stabilitas: Stabil di bawah kondisi biasa penggunaan dan penyimpanan. Sangat higroskopis perlahan-lahan bisa. Menjemput kelembaban dari udara dan bereaksi dengan karbon dioksida dari udara untuk membentuk karbonat natrium (Anonim :2001)
Dekomposisi oleh reaksi dengan logam tertentu rilis ledakan gas hidrogen dan mudah terbakar.  Natrium hidroksida kontak dengan asam dan senyawa halogen organik, terutama trichlorethylene, dapat menyebabkan reaksi keras. Kontak dengan nitromethane dan lain senyawa nitro serupa menyebabkan pembentukan-sensitif garam shock. Natrium hidroksida, bahkan dalam larutan cukup, mudah bereaksi dengan berbagai gula untuk menghasilkan karbon monoksida. (Layanan Divisi Strategis : 1998)
2.2.2        Asam Asetat
Asam asetat
Kerangka molekul asam asetatModel 3-dimensi dari molekul asam asetat
Informasi
Asam etanoat
Asam asetat
Nama alternatif
Asam metanakarboksilat
Asetil hidroksida (AcOH)
Hidrogen asetat (HAc)
Asam cuka
CH3COOH
60.05 g/mol
1.049 g cm−3, cairan
1.266 g cm−3,
padatan
16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1]
118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1]
Penampilan
Cairan tak berwarna atau kristal
Keasaman (pKa)
4.76 pada 25 °C


2.2.3        Aseton
Aseton[1]
Gambar
Gambar
Gambar
Nama IUPAC                     Propanon
Nama lain                             β-ketopropana Dimetil keton, dimetil formaldehida, DMK
Sifat
CH3COCH3
58,08 g/mol
Penampilan
Cairan tidak berwarna
0,79 g/cm³, cair
−94,9 °C (178,2 K)
56,53 °C (329,4 K)
larut dalam berbagai perbandingan
0,32 cP pada 20 °C
Struktur
trigonal planar pada C=O
2,91 D
Bahaya
Mudah terbakar (F)
Iritan (Xi)
NFPA 704.svg
3
1
0

R11, R36, Templat:R66, R67
S2, S9, S16, S26
-17 °C
465 °C
Senyawa terkait

2.2.4    Phenolphthalein
Indikator
pH Range
 Quantity per 10 ml
 Asam
 Dasar
 Phenolphthalein
8.0-10.0 8,0-10,0
1-5 drops 0.1% soln. 1-5 tetes soln 0,1%. in 70% alc. 70 ALC%.
colorless tanpa warna
red merah
(Ophartdt Charles E : 2003)



BAB III
METODE PENELITIAN




3.1 Alat dan Bahan Percobaan
      Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1.        Corong pisah
2.        Buret 1 leher
3.        Statif
4.        Klem
5.        Boshead
6.        Erlenmeyer
7.        Beaker Glass
8.        Labu ukur
9.        Corong kaca
10.    Pipet tetes
11.    Gelas arloji
12.    Batang pengaduk
13.    Gelas ukur

Bahan :
  1. Asam Asetat
  2. Aseton
  3. NaOH 0,1 N
  4. Akuades
  5. Indikator pp


3.2 Diagram Kerja (Alir)
a. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N 250 ml


 




 

Diambil buret
 
b. Titrasi Asam Asetat dengan NaOH



 

Dimasukkan dalam corong pisah
 
Diambil larutan asam asetat 50 ml
 
c. Ekstraksi larutan Asam Asetat



 

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN




4.1  Data Percobaan
Volume NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi asam asetat = 250 ml
4.2  Perhitungan
-          Perhitungan pembuatan larutan NaOH 0,1 N 250 ml
Dik      : N NaOH = 0,1 N
V NaOH = 250 ml = 0,25 L
Mr NaOH = 40 Gr/mol
Dit       : Massa NaOH
Jawab  : N = M x a
  M = N x a
  M = 0,1 x 1 = 0,1 M
  M = n/V
  M = gram/Mr.V
Gram = M x Mr x V
          = 0,1 x 0,25 x 40
          = 1 gram

4.3  Pembahasan
Pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N dari padatan NaOH diketahui bahwa padatan yang dipakai 1 gram.
Pada titrasi asam asetat ditambah indicator pp dengan NaOH 0,1 N tidak terjadi perubahan warna sama sekali sampai volume NaOH mencapai 250 ml. hal tersebut kemungkinan disebabkan karena konsentrasi NaOH yang digunakan untuk titrasi kecil.
Pada ekstraksi antara cair-cair antara asam asetat dan aseton yang mana harusnya setelah pengocokan kemudian didiamkan akan terbentuk dua lapisan yaitu lapisan bawah (fase air) dan lapisan atas (fase organic) namun pada percobaan kali ini tidak terbentuk dua lapisan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perbedaan densitas antara kedua cairan sedikit sehingga sulit untuk memisah. 




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN




5.1 Kesimpulan
Hal-hal yang dapat kami simpulkan dari percobaan kali ini adalah:
1.      Massa NaOH padatan yang digunakan untuk membuat NaOH 0,1 N adalah 1 gram
2.      Dengan melakukan percobaan tersebut dapat mengetahui bagaimana melakukan ekstraksi cair-cair 
5.2 Saran
1.   Diharapkan praktikan lebih teliti dalam melakukan suatu percobaan
2.   Diharapkan lebih cermat dalam pemilihan pelarut yang digunakan
3.   Sebelum melakukan praktikum diharapkan praktikan harus lebih mengusai materinya
DAFTAR PUSTAKA





Minggu, 17 Juli 2011

liburan

laporan praktikum KF


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari tekanan uap sadalah sesuatu yang sangat penting, karena ini akan sangat mempengaruhi temperature. Dalam atmosfer (lautan udara) senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut kelembaban (lengas udara). Kadar ini selalu berubah-ubah tergantung pada temperatur udara setempat. Tekanan uap adalah persentase kandungan uap air dalam udara. tekanan udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Total massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai tekanan absolut. Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air. jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering. Tekanan uap cairan adalah salah satu sifat penting larutan. Tekanan uap larutan juga penting dan bermanfaat untuk mengidentifikasi larutan. Dalam hal sistem biner, bila komponennya mirip ukuran molekul dan kepolarannya, misalnya benzen dan toluen, tekanan uap larutan dapat diprediksi dari tekanan uap komponennya. Hal ini karena sifat tekanan uap yang aditif. Bila larutan komponen A dan komponen B dengan fraksi mol masing-masing adalah xA dan xB berada dala kesetimbangan dengan fasa gasnya tekanan uap masing-masing komponen sebanding dengan fraksi molnya dalam larutan. Tekanan uap komponen.Besarnya tekanan uap tergantung pada jenis zat dan suhu. Zat yang memiliki gaya tarik menarik antarpartikel relatif besar berarti sukar menguap, mempunyai tekanan uap yang relatif rendah, contohnya garam, gula, glikol, dan gliserol. Sebaliknya yang memiliki gaya tarik menarik antarpartikel relatif lemah berarti mudah menguap, mempunyai tekanan uap yang relatif tinggi. Zat seperti  itu dikatakan mudah menguap atau atsiri (volatile), contohnya etanol dan eter.

1.2       Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah:           Untuk mengetahui perubahan kadar volume dan ketinggian air pada buret setelah diberi tekanan dengan etanol 2 ml dengan suhu yang berbeda.
1.3       Manfaat Penelitian
v  Menambah pengetahuan tentang tekanan yang dipengaruhi  suhu dan etanol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan uap adalah tekanan suatu uap pada kesetimbangan dengan fase bukan uap-nya. Semua zat padat dan cair memiliki kecenderungan untuk menguap menjadi suatu bentuk gas, dan semua gas memiliki suatu kecenderungan untuk mengembun kembali. Pada suatu suatu suhu tertentu, suatu zat tertentu memiliki suatu tekanan parsial yang merupakan titik kesetimbangan dinamis gas zat tersebut dengan bentuk cair atau padat. Tekanan uap suatu cairan bergantung pada banyaknya molekul di permukaan yang memiliki cukup energi kinetik untuk lolos dari tarikan molekul-molekul tetangganya. Jika dalam cairan itu dilarutkan suatu zat, maka kini yang menempati permukaan bukan hanya molekul pelarut, tetapi juga molekul zat terlarut. Karena molekul pelarut di permukaan makin sedikit, maka laju penguapan akan berkurang. Dengan pekataan lain, tekanan uap cairan itu turun. Makin banyak zat terlarut, makin besar pula penurunan tekanan uap.Tekanan uap suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikan. Hubungan ini dapat dipahami sebagai berikut. Kenaikan suhu menyebabkan energi kinetik molekul-molekul cairan bertambah besar, sehingga lebih banyak molekul yang dapat meninggalkan permukaan cairan memasuki fase gas. Akibatnya, konsentrasi uap semakin besar dan dengan demikian tekanan uap semakin besar.
Selain jenis zat, tekanan uap jenuh juga dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu menyebabkan energi kinetik molekulmolekul cairan bertambah besar sehingga lebih banyak molekul yang dapat meninggalkan permukaan memasuki fase gas. Hal ini mengakibatkan molaritas cairan makin besar yang artinya tekanan uap jenuhnya juga semakin besar. Apa yang dapat kalian simpulkan? Jika suhu dinaikan, maka tekanan uap jenuh akan bertambah besar. 
Etanol atau etil alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai alkohol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer. Reaksi yang dapat terjadi pada etanol antara lain dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan esterifikasi (Rizani, 2000). Sifat fisik etanol dapat dilihat pada Tabel 2.1 beriut ini.


Tabel 2.2 Sifat Fisik Etanol
Komponen
Sifat
Massa molekul relatif
46.07 g/mol
Titik beku
-114.1 C
Titik didih normal
78.32 C
Densitas pada 20 C
0.7893 g/mol
Kelarutan dalam air 20 C
Sangat larut
Viskositas pada 20 C
1.17 cP
Kalor spesifik pada 20 C
0.579 kal/g
Kalor pembakaran pada 25 C
7092.1 kal/g
Kalor penguapan 78.32 C
200.6 kal/g
            Sumber: Rizana (2000)
Etanol atau alkohol dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain:
1.      Bahan baku industri atau senyawa kimia, contoh: industri minuman beralkohol, industri asam asetat dan asetaldehid.
2.      Pelarut dalam industri, contoh: industri farmasi, kosmetik dan plastik
3.      Bahan desinfektan, contoh: peralatan kedokteran, rumah tangga dan peralatan di rumah sakit
4.      Bahan bakar kendaraan bermotor
Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tetapi memiliki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Rumus molekul etanol C2H5OH atau rumus empiris C2H6O

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1       Hasil
3.1.1    Pada percobaan I
ü  Suhu air pada  250
ü  Tinggi air pada bak plastik 15 cm
ü  Volume air pada buret 15ml
ü  Suntik dengan 2ml etanol
ü  Maka air pada buret turun menjadi 14,5 ml
3.1.2.   Pada percobaan 2
ü  Suhu air pada 160
ü  ­­­ Tinggi air pada bak plastik 15 cm
ü  Volume air pada buret 15ml
ü  Suntik dengan 2ml etanol
ü  Maka air pada buret turun menjadi 14,1 ml

3.2.      Pembahsaan
Pada percobaan 1 dan 2 dengan suhu yang berbeda dan penambahan etanol yang sama akan membuat tekanan yang berbeda pada air didalam buret.